Paragraf Kohesi Koherensi : Penanda Kohesi, Contoh
Sebuah paragraf biasanya dibangun dari empat sampai delapan kalimat. Kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut harus memiliki suatu kepaduan yang dibangun dari sebuah topik. Kepaduan antar kalimat dalam paragraf itu meliputi dua macam, yakni kepaduan makna dan kepaduan bentuk (Rohmadi dan Yakub,2010: 46).
Kepaduan makna adalah kepaduan informasi yang disebut koherensi dan kepaduan di bidang bentuk disebut kohesi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sumarlam(2005:23) hubungan bentuk (cohesion) dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi (coherence).
Kohesi menurut Mohammad A. S. Hikam (dalam Eriyanto, 2005: 4) ialah keserasian hubungan unsur-unsur dalam wacana. Kohesi merujuk pada pertautan bentuk sedangkan koherensi merujuk pada pertautan makna dan wacana yang baik memiliki keduanya.Wacana yang baik memiliki kedua-duanya, baik itu kohesi maupun koherensi, karena antara kalimat atau kata yang dipahami berkaitan; pengertian yang satu mengandung pengertian yang lain secara berturut-turut.
Dibawah ini contoh paragraf yang kohesif dan koheren:
Pada hari Minggu pak amir menikahkan Eva Fadlia, putri tunggalnya (K1). Dia meneteskan air matanya saat Sarwono, calon suami Eva Fadlia mengucapkan "ijab kobulny" (K2). Itu sebenarnya luapan kebahagiaan yang luar biasa bagi seorang ayah (K3). Pesta pernikahan dilangsungkan sangat sederhana sebab dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekatnya saja (K4).
Contoh paragraf di atas terdiri dari empat kalimat yang memiliki hubungan kohesif dan koheren. Hubungan koheren itu dapat diketahui dari informasi yang disampaikan oleh kalimat topik, yaitu "Pada hari Minggu pak amir menikahkan Eva Fadlia, putri tunggalnya". Selanjutnya, kalimat topik itu dikembangkan dan diterangkan oleh kalimat-kalimat yang lain sebagai pendukung. Adapun hubungan kohesif itu diwujudkan dalam bentuk pronominal dia dan klitiksnya pada air matanya pada K2 yang merujuk ke pak Amir pada K1. Kemudian, secara leksikal ditandai adanya pengulangan frase Eva Fadlia pada K1 dan K2. Pada K3 terdapat kata itu sebagai bentuk referensi yang menunjuk atau mengacu secara gramatis kepada frase meneteskan air matanya pada K2. Penanda kohesi pelesapan juga digunakan,yaitu frase pesta pernikahannya pada K4 dilesapkan pada klausa kedua.
Baca Juga : Pengertian Kohesi dan Koherensi
Halliday dan Hasan (1976:6) mengatakan bahwa kohesi adalah hubungan semantik antara elemen dalam teks dan elemen yang lain yang penting sekali untuk menafsirkannya. Mereka membagi kohesi menjadi dua yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion).
Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan semantis antar unsur bagian dalam wacana. Hubungan ini disebut dengan hubungan koherensi. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi. Hubungan kohesi dapat dilihat dengan menggunakan unsur-unsur kohesi. Unsur-unsur kohesi itu adalah pengacuan, penggantian, pelesapan, perangkai, pengulangan dan kolokasi. Sehingga wacana yang baik harus mengandung unsur kohesi yang berarti mempunyai kalimat yang gramatikal dan koheren diantara kalimat-kalimatnya.
Penanda Kohesi
Penanda kohesi yang diungkapkan oleh Halliday dan Hasan meliputi:
Pengacuan (Referensi)
Pengacuan (Referensi) adalah penggunaan kata atau frase untuk menunjuk atau mengacu kepada kata atau frase lain yang memiliki kesamaan (Rohmadi dan Yakub, 2010: 31). Pendapat lain menyatakan pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya dalam sebuah teks (Baryadi dalam Setiyanto, 2007: 28).
Pengacuan dibedakan menjadi dua jenis menurut tempatnya, yaitu :
1. Pengacuan endofora apabila acuannya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, Pengacuan endofora dibedakan menjadi dua menurut arah pengacuannya, yaitu:
- Pengacuan anaforis, Pengacuan anaforis meruapakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya atau mengacu pada unsur yang telah disebut terdahulu.
- Pengacuan kataforis, Pengacuan kataforis adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian. Satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain ini dapat berupa persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan komparatif (satuan lingual yang berfungsi membandingkan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya).
2. Pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.
Halliday dan Hasan(1976) juga membagi pengacuan ini menjadi tiga macam yaitu:
- Pengacuan Personal direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama, kedua, dan ketiga maupun jamak;
- Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronominal demonstratif tempat (lokasional).
-
Pengacuan Komparatif (Perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau
kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan
sebagainya.
Penggantian (Substitusi)
Penggantian (Substitusi) pada hakikatnya merupakan hubungan kata dengan kata, kata dengan frase, atau frase dengan frase secara gramatikal dalam paragraf (Rohmadi dan Yakub, 2010: 34). Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi:
- Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina;
- Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba;
- Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa.
- Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa.
Pelesapan (Elipsis)
Pelesapan (Elipsis) menurut pendapat Rohmadi dan Yakub merupakan penghilangan unsur bahasa dalam kalimat atau paragraf (2010: 35), sedangkan menurut Hastuti adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya (2015: 113). Pendapat lainnya dari Kumaningsih dkk (2013: 115) adalah adanya unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya.
Perangkaian (Konjungsi)
Perangkaian (Konjungsi) dapat disebut juga kata sambung dan kata tugas (function word). Konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua satuan bahasa yang setara, seperti kata dengan kata, frase dengan frase, dan klausa dengan klausa (Rohmadi dan Yakub, 2010: 38). Perangkaian unsur dalam wacana mempunyai bermacam-macam makna. Berikut makna perangkaian beserta konjungsinya.
- Sebab-akibat: sebab, karena, maka, makanya
- Pertentangan: tetapi, namun
- Kelebihan (eksesif): malah
- Perkecualian (ekseptif): kecuali
- Konsesif: walaupun, meskipun
- Tujuan: agar, supaya
- Penambahan (aditif): dan, juga, serta
- Pilihan(alternatif): atau,apa
- Harapan (optatif): moga-moga, semoga
- Urutan (sekuensial): lalu, terus, kemudian
- Perlawanan: sebaiknya
- Waktu: setelah, sesudah, usai, selesai
- Syarat: apabila, jika (demikian)
- Cara: dengan (cara) begitu
- Makna lainnya: (yang ditemukan dalam tuturan)
Hubungan leksikal
Hubungan leksikal dapat ditentukan oleh pilihan kata yang saling berkaitan
dalam wacana (Rohmadi dan Yakub, 2010: 37). Keterkaitan ini merupakan hubungan
makna secara leksikal dan bukan merupakan hubungan secara gramatikal. Hubungan
leksikal tersebut meliputi pengulangan (repetisi), antonim, hiponim, sinonim,
dan kolokasi atau sanding kata.